A.
Sejarah Pendidikan Islam
Kata
sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh,
yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah
berarti ”keterangan yang terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau
atau pada masa yang masih ada”. Kemudian yang dimaksud dengan ilmu tarikh,
ialah ”suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau
kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan
umat” Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti
”pengalaan masa lampau dari pada umat manusia”. Menurut Sayid Quthub ”sejarah
bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu dan
pengertian mengenai hubungan-hunbungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin
seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
Sedangkan
pengertian dari Pendidikan Islam yaitu menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi
Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena Pendidikan Islam menyiapkan
manusia untuk hidup baik dan menyiapkan diri untuk menghadapi masyarakat dengan
segala kebaikan dan kejahatannya , manis dan pahitnya.
Pendidikan
Islam yaitu segala proses pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Quran, sunnah
Nabi, perkataan dan perbuatan sahabat, ijtihad para ulama. Untuk membentuk
kepribadian muslim yang
tangguh dan mampu mengatasi masalah-masalah dikehidupannya dengan cara Islam,
sehingga tercapai tujuan akhir yaitu bahagia dunia dan akhirat dengan Ridho
Allah.
Dilihat
dari pengertian sejarah dan pendidikan Islam diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa. Sejarah pendidikan Islam adalah sejarah atau kejadian pada
masa lampau yang terjadi pada zaman Rasulullah yang muncul dan berkembang
seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, yang kemudian perkembangan
selanjutnya pada masa Khulafaur Rasyidin, Bani Ummayah dan Abbasyiah sampai
jatuhnya kota bagdad dan lenyapnya khalifah Islam yang terakhir di Istambul
pada tahun 1924.Obyek kajian
sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi
tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan
non formal. Dengan demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah. hal
ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan,
pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara
material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan.
C.
Metode Sejarah Pendidikan Agama Islam
Sebelum
mengetahui metode sejarah pendidikan islam, terlebih dahulu kita harus
mengetahui metode itu sendiri. Metode merupakan aspek penting untuk mentransfer
ilmu pengetahuan dari guru kepada murid atau siswa, sehingga terjadi yang
namanya proses.
Mengenai
metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya
khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari
penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan
intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai
kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan
menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai
seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik
dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya .Untuk memahami
sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa
ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan
metode analisis sistensis.
Dengan
metode deskriptif, ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yang
termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung
berkaitan dengan Pendidikan Islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana
adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran Islam
dapat dipahami. Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran
Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan
berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui
persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan
pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan. Metode analisis
sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau
pengertian-pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga
menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam. Pada saatnya dengan metode
sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari
pembahasan sejarah pendidikan Islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk
kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang Islami.
Dalam
penggalian dan penulisan sejarah pendidikan Islam ada beberapa metode yang
dapat dipakai antaranya :
1) Metode Lisan dengan metode ini
pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.
2) Metode Observasi dalam hal ini
obyek sejarah diamati secara langsung.
3) Metode Documenter dimana dengan
metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan
atau dokumen tertulis.
Di indonesia sejarah pendidikan islam dapat dikatakan
berangkat dari masa kerajaan islam. Masa wali songo juga sangat berpengaruh
pada pengenalan islam dan belajar tentang agama islam walaupun yang dilakukan
para wali gerakan getsroot dan tidak secara terang-terangan. Pendidikan islam pada tingkat sekolah menurut
saya bermula dari berdirinya organisasi muhammadiyah pimpinan KH. Ahmad Dahlan.
Ahmad dahlan muncul sebagai salah seorang yang peduli terhadap kondisi yang
sedang dihadapi masyarakat pribumi secara umum maupun masyarakat muslim secara
khusus. Pengalaman ahmad dahlan berorganisasi dalam Budi utomo dan Jamiat khair
menjadi suatu hal penting bagi munculnya ide dan pembentukan satu organisasi
untuk mengelola sekolah tersebut, di samping kondisi makro pada saat itu yang
telah menimbulkan kesadaran akan arti penting suatu organisasi modern maupun
masukan yang didapat dari para pendukung, termasuk dari murud Kweekschool Jetis.
Beliau menyarankan agar sekolah tersebut tidak hanya diurus ahmad dahlan
sendiri melainkan dilakukan oleh satu organisasi supaya sekolah itu terus
berlangsung walaupun Ahmad dahlan tidak lagi terlibat didalamnya atau setelah
ia meninggal. Ide pembentukan organisasi itu kemudian didiskusikan lebih lanjut
dengan orang-orang yang selama ini telah mendukung pembentukan dan pelaksanaan
sekolah di Kauman, terutama para anggota dan pengurus Budi utomo serta guru dan
murid Kweekschool Jetis. Setelah Muhammadiyah berkembang pada Muktamar
Muhammadiyah ke 23 di Yogyakarta pada tahun 1934 muktamirin sepakat memilih KH.
Wahid Hisyam murid langsung dari KH. Ahmad dahlan yang mewarisi banyak
pengetahuan agama dan umum dari KH. Ahmad dahlan terpilih menjadi ketua
pengurus besar Muhammadiyah.
Pendidikan islam pada saat kepemimpinan KH. Wahid hisyam
sangat diutamakan. perkembangan melesat cepat karena masa kepemimpinan beliau
memang terfokus pada bidang pendidikan dan pengajaran, Baik pendidikan agama
maupun pendidikan umum. Di masa ini Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar
tiga tahun (Volkschool atau sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan
kurikulum sebagaimana Volkschool gubernemen. Setelah itu dibuka sekolah
Vervolgschool Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Dengan demikian, maka bermunculan
Volkschool dan Vervolgschool Muhammadiyah di Indonesia, terutama di pulau jawa.
Ketika pemerintah kolonial belanda membuka Standaarschool, yaitu sekolah dasar
enam tahun, maka Muhammadidyah pun mendirikan sekolah yang sama. Bahkan
Muhammadiyah juga mendirikan HIS met de Qur’an Muhammadiyah, untuk menyamai
usaha masyarakat katolik yang telah mendirikan HIS met de Bijbel.
Kebijakan Hisyam dalam memimpin Muhammadiyah saat itu
diarahkan pada modernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah, sehingga selaras
dengan kemajuan pendidikan yang dicapai sekolah-sekolah yang didirikan
pemerintah kolonial. Ia berpikir, bahwa masyarakat yang ingin memasukan putra
dan putrinya ke sekolah-sekolah umum tidak harus memasukannya ke
sekolah-sekolah yang didirikan kolonial, karena Muhammadiyah sendiri telah
mendirikan sekolah-sekolah umum dengan mutu yang sama. Dalam konteks ini,
bahkan Muhammadiyah dinilai lebih unggul karena menyediakan pendidikan agama
bagi putra-putri mereka. Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak yang
mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.
Anna Okfianti/ 7.G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar