Minggu, 02 Desember 2012

LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM ISLAM


A.    Sejarah Pendidikan Islam
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti ”keterangan yang terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”. Kemudian yang dimaksud dengan ilmu tarikh, ialah ”suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat” Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti ”pengalaan masa lampau dari pada umat manusia”. Menurut Sayid Quthub ”sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu dan pengertian mengenai hubungan-hunbungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

Sedangkan pengertian dari Pendidikan Islam yaitu menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi  Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dan menyiapkan diri untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya , manis dan pahitnya.
Pendidikan Islam yaitu segala proses pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Quran, sunnah Nabi, perkataan dan perbuatan sahabat, ijtihad para ulama. Untuk membentuk kepribadian muslim yang tangguh dan mampu mengatasi masalah-masalah dikehidupannya dengan cara Islam, sehingga tercapai tujuan akhir yaitu bahagia dunia dan akhirat dengan Ridho Allah.
Dilihat dari pengertian sejarah dan pendidikan Islam diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa. Sejarah pendidikan Islam adalah sejarah atau kejadian pada masa lampau yang terjadi pada zaman Rasulullah yang muncul dan berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, yang kemudian perkembangan selanjutnya pada masa Khulafaur Rasyidin, Bani Ummayah dan Abbasyiah sampai jatuhnya kota bagdad dan lenyapnya khalifah Islam yang terakhir di Istambul pada tahun 1924.Obyek kajian sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan non formal. Dengan demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah. hal ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan.

C.    Metode Sejarah Pendidikan Agama Islam
Sebelum mengetahui metode sejarah pendidikan islam, terlebih dahulu kita harus mengetahui metode itu sendiri. Metode merupakan aspek penting untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid atau siswa, sehingga terjadi yang namanya proses.
Mengenai metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya .Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.

Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yang termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung berkaitan dengan Pendidikan Islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran Islam dapat dipahami. Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan. Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan Islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang Islami.
Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan Islam ada beberapa metode yang dapat dipakai antaranya :
1)  Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.
2) Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
3) Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.

Di indonesia sejarah pendidikan islam dapat dikatakan berangkat dari masa kerajaan islam. Masa wali songo juga sangat berpengaruh pada pengenalan islam dan belajar tentang agama islam walaupun yang dilakukan para wali gerakan getsroot dan tidak secara terang-terangan.  Pendidikan islam pada tingkat sekolah menurut saya bermula dari berdirinya organisasi muhammadiyah pimpinan KH. Ahmad Dahlan. Ahmad dahlan muncul sebagai salah seorang yang peduli terhadap kondisi yang sedang dihadapi masyarakat pribumi secara umum maupun masyarakat muslim secara khusus. Pengalaman ahmad dahlan berorganisasi dalam Budi utomo dan Jamiat khair menjadi suatu hal penting bagi munculnya ide dan pembentukan satu organisasi untuk mengelola sekolah tersebut, di samping kondisi makro pada saat itu yang telah menimbulkan kesadaran akan arti penting suatu organisasi modern maupun masukan yang didapat dari para pendukung, termasuk dari murud Kweekschool  Jetis.  Beliau menyarankan agar sekolah tersebut tidak hanya diurus ahmad dahlan sendiri melainkan dilakukan oleh satu organisasi supaya sekolah itu terus berlangsung walaupun Ahmad dahlan tidak lagi terlibat didalamnya atau setelah ia meninggal. Ide pembentukan organisasi itu kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan orang-orang yang selama ini telah mendukung pembentukan dan pelaksanaan sekolah di Kauman, terutama para anggota dan pengurus Budi utomo serta guru dan murid Kweekschool Jetis. Setelah Muhammadiyah berkembang pada Muktamar Muhammadiyah ke 23 di Yogyakarta pada tahun 1934 muktamirin sepakat memilih KH. Wahid Hisyam murid langsung dari KH. Ahmad dahlan yang mewarisi banyak pengetahuan agama dan umum dari KH. Ahmad dahlan terpilih menjadi ketua pengurus besar Muhammadiyah.
Pendidikan islam pada saat kepemimpinan KH. Wahid hisyam sangat diutamakan. perkembangan melesat cepat karena masa kepemimpinan beliau memang terfokus pada bidang pendidikan dan pengajaran, Baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Di masa ini Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar tiga tahun (Volkschool atau sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan kurikulum sebagaimana Volkschool gubernemen. Setelah itu dibuka sekolah Vervolgschool Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Dengan demikian, maka bermunculan Volkschool dan Vervolgschool Muhammadiyah di Indonesia, terutama di pulau jawa. Ketika pemerintah kolonial belanda membuka Standaarschool, yaitu sekolah dasar enam tahun, maka Muhammadidyah pun mendirikan sekolah yang sama. Bahkan Muhammadiyah juga mendirikan HIS met de Qur’an Muhammadiyah, untuk menyamai usaha masyarakat katolik yang telah mendirikan HIS met de Bijbel.

Kebijakan Hisyam dalam memimpin Muhammadiyah saat itu diarahkan pada modernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah, sehingga selaras dengan kemajuan pendidikan yang dicapai sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial. Ia berpikir, bahwa masyarakat yang ingin memasukan putra dan putrinya ke sekolah-sekolah umum tidak harus memasukannya ke sekolah-sekolah yang didirikan kolonial, karena Muhammadiyah sendiri telah mendirikan sekolah-sekolah umum dengan mutu yang sama. Dalam konteks ini, bahkan Muhammadiyah dinilai lebih unggul karena menyediakan pendidikan agama bagi putra-putri mereka. Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak yang mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.

                                                                                                            Anna Okfianti/ 7.G

Tidak ada komentar:

Posting Komentar