Sebagaimana
diketahui bahwa orientasi pendidikan Islam berusaha mengubah keadaan seseorang
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak dapat berbuat menjadi dapat
berbuat. Sehingga dengan pendidikan orang mengerti akan dirinya plus
segala potensi kemanusiaanya, lingkungan masyarakat, alam sekitar dan yang
lebih dari semua itu adalah dengan adanya pendidikan manusia dapat menyadari
sekaligus menghayati keberadaannya di hadapan khaliknya.
A.
Pengertian
Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal
dari sesuatu, asal mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa,
acuan, ikatan, badan atau organisasi yang mempunyai tujuan jelas terutama dalam
bidang keilmuan. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan lembaga
pendidikan adalah badan atau organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan.
Dalam bahasa arab kata lembaga biasanya merupakan terjemahan
dari kata muassasah yang berarti foundation (dasar bangunan), establishment (mendirikan bangunan), firm (lembaga), institution (lembaga), dan organization
(organisasi).
Dalam perkembangan selanjutnya, kata lembaga tidak selamanya
mengacu kepada pengertian sebuah bangunan atau organisasi yang bersifat formal,
melainkan segala bentuk kegiatan yang di dalamnya yang mengandung nilai-nilai
atau aturan dapat disebut lembaga.
B.
Macam-macam
Lembaga Pendidikan Islam
1. Rumah (al-bait)
Adapun rumah yag pertama sekali digunakan sebagai
tempat belajar yaitu Rumah Al-Arqam (Dar al-Arkam). Di tempat itulah untuk
pertama kali kaum muslim beserta Rasulullah SAW berkumpul untuk belajar
hukum-hukum dari dasar-dasar agama islam. Sebenarnya rumah merupakan lembaga
pendidikan pertama atau madrasah yag pertama dalam islam.
2. Masjid dan Suffah
Dalam bahasa indonesia, masjid diartikan rumah
tempat bersembahyang bagi orang islam. Dalam perkembangan masjid berperan
sebagai lembaga pendidikan islam, dan masjid dapat dikatakan sebagai madrasah
yang berukuran besar yang pada masa permulaan sejarah islam dan masa-masa selanjutnya
merupakan tempat menghimpun kekuatan umat islam baik dari segi fisik maupun
mentalnya.
3. Al-kuttab, surau, dan TPA
Menurut sejarahnya surau termasuk lembaga pendidikan
dasar yang tertua di Sumatera Barat. Di surau ini anak-anak diajarkan tentang
membaca Al-Quran, praktik ibadah shalat, dasar-dasar agama, akidah, dan akhlak.
4. Madrasah
Madrasah ialah Isim Masdar dari kata darasa
yang berarti sekolah atau tempat untuk belajar. Madrasah sebagai lembaga
pendidikan merupakn fenomena yang merata di seluruh negara, baik pada
negara-negara islam, maupun negara lainnya yang di dalamnya terdapat komunitas
masyarakat islam.
5. Al-Zawiyah
Kata Zawiyah
secara harfiah berasal dari kata inzawa, yanzawi, yang berrati
mengambil tempat tertentu dari sudut masjid yang digunakan untuk i’tikaf (diam)
dan beribadah. Zawiyah merupakan tempat berlangsungnya
pengajian-pengajian yang mempelajari dan membahas dalil-dalil naqliyah
dan aqliyah yang berkaita dengan aspek agama serta digunakan para kaum
sufi sebagai tempat untuk halaqah berzikir dan tafakur untuk mengingat dan
merenungkan keagungan Allah SWT.
6.
Al-Ribath
Secara harfiah,
Al-Ribath artinya ikatan. Al Ribath adalah ikatan yang mudah dibuka, seperti
ikatan rambu seorang wanita
7.
Al-marisan
Al-Maristanaa dikenal
sebagai lembaga ilmiah yang paling penting dan sebagai tempat penyembuhan dan
pengobatan pada zaman keemasan islam. Di lembaga ini, para dokter mengajarkan
ilmu kedokteran dan mereka mengadakan studi dan penelitian secara menyeluruh.
8.
Al-qushur
(istana)
Istana tempat kediaman Khalifah, raja, sultan, da
keluarganya, berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan pemerintahan, juga
digunakan sebagai tempat bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan bagi para
putra Khalifah, raja, dan sultan. Mata pelajaran yang diberikan kepada para putra
raja tersebut antara lain berkenaan dengan ilmu pengetahuan, peradaban, bahasa,
sastra, keterampilan berpidato, sejarah kehidupan orang-orang para pahlawan dan
orang-orang yang sukses, serta keterampilan dalam memanah, mengendarai kuda,
dan berenang. Guru yang mengajar di istana di sebut Muaddib, yang
menggambarkan seorang yang cakap dan berkepribadian utama.
9.
Hawanit
al-waraqin (Toko buku)
Seiring dengan berkembangnya industri pabrik kertas
serta perkembangan ilmu pengetahuan baik agama maupun umum, pada zaman klasik
islam, maka kebutuhan untuk mendokumentasikan ilmu-ilmu tersebut juga
berkembang pesat. Tentang peranan toko
buku sebagai tempat kegiatan belajar mengajar sudah ada sejak zaman kalsik
islam.
10. Al-Shalunat Al-Adabiyah
(Sanggar Sastra)
Secara harfiah al-shaalunat al-adabiyah dapat
diartikan sebagi tempat untuk melakuka kegiatan pertunjukan pembacaan dan
pengkajian sastra, atau sebagai sanggar atau teater budaya, seperti Taman
Ismail Marzuki di Jakarta. Sanggar sastra ini mulai tumbuh pada zaman
pemerintahan bani umayyah, kemudian semakin berkembang dan diperkaya pada zama
bani abbas. Sanggar sastra merupakan
11. Al-Badiyah
Al-Badiyah
secara harfiah dapat diatikan sebagai tempat mengajarkan bahasa Arab asli,
yakni bahasa Arab yang belum tercampur oleh pengaruh berbagai dialek bahasa
asing.di tempat ini berbagai warisan budaya Arab pada zaman jahiliah, seperti
puisi, syair, dan khotbah diajarkan. Di zaman jahiliah seseorang baru dianggap
sebagai yang berbudaya, jika dia sebagai seseorang penyair yang mahir, seorang
ahli puisi yang bijak, dan seorang penceramah yang mendalam.
12. Al-Maktabat (Perpustakaan)
Sejarah mencatat, bahwa perhatian kaum muslimin di
zaman klasik terhadap pendidikan, bukan hanya dengan membangun gedung-gedung
sekolah, melainkan juga disertai dengan membangun perpustakaan. Menurut
al-Maqrizi, bahwa madrasah al-Fadhiliyah telah didampingi oleh sebuah gudang
buku atau perpustakaan dengan 100.000 buah buku.
C.
Sifat dan
karakter lembaga pendidikan islam
Beberapa sifat dan
karakter lembaga pendidikan islam sebagai berikut :
·
Pertama,
lembaga pendidikan bersifat holistik, terdiri darilembaga pendidikan informal,
nonformal, dan formal.
·
Kedua, lembaga
pendidikan islam bersifat dinamis dan inovatif.
·
Ketiga,
lembaga pendidikan islam bersifat responsif dan fleksibel yakni senantiasa
menyesuaikan diri atau menjawab berbagai kebutuhan masyarakat.
·
Keempat,
lembaga pendidikan islam bersifat terbuka, yakni dapat diakses atau digunakan
untuk seluruh lapisan masyarakat denga berbagai latar belakang keahlian, status
sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
·
Kelima,
lembaga pendidikan islam berbasis pada masyarakat. Hal ini selain karena
lembaga pendidikan islam tersebut dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, juga
karena dibangun dan diadakan oleh seluruh masyarakat.
·
Keenam, lembaga
pendidikan islam bersifat religius.
Rini Nuralfiah/7.G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar