Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya
manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “intelek-ulama”, yaitu seorang
muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan
rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai
Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, memberi pelajaran agama di
sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di
mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu
sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan
yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun,
ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan
muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan
integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai
dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesau
dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas
saran murid-muridnya Kyai Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah
tahun 1912. Metode pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual
melalui proses penyadaran. Inovasi pendidikan dianggap sebagai bid’ah. Menangkap
api tajdid, bukan arangnya. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik
yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali
menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem
pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan,
sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya
madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan
pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan
ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore
hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas
pendidikan untuk menuju pada kualifikasi sekolah unggul. Sekarang ini hampir di
semua daerah kabupaten atau kota terdapat sekolah unggul Muhammadiyah, terutama
untuk tingkat TK dan Sekolah Dasar. Sekolah yang dianggap unggul oleh
masyarakat sehingga mereka menyekolahkan anak-anak di situ pada umumnya ada dua
tipe; sekolah model konvensional tetapi memiliki mutu akademik yang tinggi,
atau sekolah model baru dengan menawarkan metode pembelajaran mutakhir yang
lebih interaktif sehingga memiliki daya panggil luas.
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolah/universitas
unggul maka harus ada keberanian untuk merumuskan bagaimana landasan filosofis
pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana posisi
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional, dan
kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah.
A. Manajemen Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi yang tumbuh dan berkembang dari inisiatif
masyarakat secara perorangan yang kemudian menjadi inisiatif kelompok. Karena
kesepahaman dengan visi dan misi serta tujuan persyarikatan itu maka
kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat mendirikan sebuah ranting
Muhammadiyah dengan pengesahan pimpinan di atasnya. Pendirian ranting
Muhammadiyah tersebut biasanya disertai dengan amal usaha sebagai bentuk nyata
aktivitasnya, tidak sedikit amal usaha itu merupakan sebuah sekolah.Dalam
persyarikatan Muhammadiyah, lembaga pendidikan dapat didirikan oleh Pimpinan
Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah atau Pimpinan
Pusat. Manajemen yang diterapkan oleh Muhammadiyah sangat unik, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada di Muhammadiyah
melakukan pengawasan dan pembinaan secara umum. Untuk melaksanakan tugas
pengawasan dan pembinaan tersebut Muhammadiyah membentuk Majlis pendidikan
dasar dan menengah untuk pengawasan dan pembinaan tingkat SD/MI,SMP/Tsanawiyah,
SMA/SMK/Aliyah. Sedangkan untuk pengawasan dan pembinaan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah menyerahkan kewenangannya kepadaMajlis Pendidikan Tinggi. Dalam hal-hal
yang bersifat teknis, Muhammadiyah menyerahkan sepenuhnya kepada tingkat
pimpinan yang mendirikan lembaga pendidikan tersebut.
Dengan kebijakan seperti ini maka manajemen pendidikan di Muhammadiyah
menjadi sangat unik, terjadi keanekaragaman kebijakan pada setiap pimpinan yang
menguasai lembaga pendidikan tersebut, seperti terjadinya keanekaragaman dalam
rekrutmen guru, dosen, karyawan. Keanekaragaman dalam penggajian dan lain
sebagainya. Gaji (honor) karyawan, guru dan dosen pada satu sekolah atau perguruan
tinggi Muhammadiyah berbeda dengan gaji karyawan, guru dan dosen pada sekolah
atau perguruan tinggi Muhammadiyah yang lain, hal ini merupakan suatu hal yang
biasa dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sehingga dalam kenyataan saat ini,
ada lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat maju tetapi di tempat
lain ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat terpuruk.
RENI PURWANTI
VII G