A. pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia lembaga pendidikan adalah badan atau
organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan. Dalam bahasa Inggris, kata
lembaga biasanya digunakan sebagai dari terjemahan kata institution yang
berarti pelembagaan. Dalam bahasa Arab kata lembaga merupakan terjemahan dari
kata Muassasah yang berarti dasar bangunan. Kata lembaga tidak
selamanya mengacu kepada pengertian sebuah bangunan atau organisasi yang
bersifat formal, melainkan segala bentuk kegiatan yang didalamnya, mengandung
nilai-nilai atau aturan disebut lembaga. Dengan demikian perkawinan, zakat,
ketentuan waris dan jinayat, ketentuan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal,
dapat disebut dengan lembaga.
B. macam-macam
Lembaga Pendidikan Islam
Di
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist yaitu nama-nama tempat yang baik yang selanjutnya
dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya,
seperti rumah, masjid, dan majelis. Hal ini bahwa Al-Qur’an tidak mau masuk ke
dalam pembicaraan masalah teknis, juga menerapkan asas flekbilitas fungsional,
yakni atas penerapan tempat yang lentur yang dapat menampung berbagai kegiatan
yang memungkinkan dilaksanakan di dalamnya, sehingga terjadi efisiensi dan
akomodatif. Lembaga-lembaga pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Rumah
(Al-Bait)
Dalam
bahasa Arab kata rumah terjemahan dari kata bata, yabitu baytan,
yang artinya bermalam atau menginap. Da diarikan juga sebagai rumah tinggal,
dan tempat diam. Di dalam Al-Qur’an, kata rumah tidak kurang disebut sebanyak
tujuh puluh kali. Diantaranya ada yang hubungkan dengan rumah (tanda kekuasaan)
Allah (Baitullah) di Mekkah yang selanjutnya menjadi tempat pelaksanaan ibadah
haji dan arah kiblat dalam shalat dalam surat QS. Al-Baqarah 2:125 dan Ali
Imran 3:158. Berdasarkan di atas bahwa rumah memilki banyak fungsi, yakni
selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat keluarga, tempat berdiamnya
makhluk lainnya.
Adapun
rumah yag pertama sekali digunakan sebagai tempat belajar yaitu Rumah Al-Arqam
(Dar al-Arkam). Di tempat itulah untuk pertama kali kaum muslim beserta Rasulullah
SAW berkumpul untuk belajar hukum-hukum dari dasar-dasar agama islam.
Sebenarnya rumah merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yag pertama
dalam islam. Fungsi rumah sebagai tempat pendidikan sesungguhnya dapat dilihat
dari dua aspek sebagai berikut :
a. Pertama
dari segi pendidikan informal, yakni pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang
tua terhadap putra-putrinya. Pendidikan di rumah ini ditekankan pada pembinaan
watak, karakter, kepribadian, dan keterampilan mengerjakan pekerjaan atau tugas
keseharian yang biasanya terjadi di
rumah tangga.
b. Kedua
segi nonformal, yakni pendidikan yang dilakukan dirumah bentuk materi
pengajaran, guru, metode pengajaran dan lainnya tidak dibakukan secara formal.
2. Masjid
dan Suffah
Dalam
bahasa indonesia, masjid diartikan rumah tempat bersembahyang bagi orang islam.
Dalam perkembangan masjid berperan sebagai lembaga pendidikan islam, dan masjid
dapat dikatakan sebagai madrasah yang berukuran besar yang pada masa permulaan
sejarah islam dan masa-masa selanjutnya merupakan tempat menghimpun kekuatan
umat islam baik dari segi fisik maupun mentalnya.
Berdasarkan
catatan sejarah islam, bahwa masjid yang pertama dibangun Nabi adalah masjid
Al-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah
ketika Nabi berhijrah dari Mekkah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat
At-Taubah 9 ayat 108. Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara Masjid
Madinah dan Masjid Al-Haram yang disebut Al-Suffah untuk tempat tinggal
orang-orang fakir miskin yang tekun mempelajari ilmu. Mereka dikenal sebagai
ahli sufah.
Masjid
yaitu tempat melakukan shalat, madrasah, universitas, majelis nasional, dan
pusat-pusat pemberian fatwa serta tempat penggemblengan para pejuang dan
patriot-patriot bangsa dari zaman ke zaman. Maka masjid berperan besar dalam
siklus kehidupan umat islam, bahkan sampai sekarang masjid menjadi markas yang
penting untuk penyebaran islam. Masjid Bashrah dan Kuffah, keduaya memegang
peranan besar dalam pembinaan kesusastraan, ilmu pengetahuan, bahasa dan agama
pada periode awal perkembangan islam. Di dalam masjid itu diletakkan
dasar-dasar ilmu ushul fiqh, luglah, dan nahu. Nicholson
mengatakan bahwa Bashah merupakan pusatnya kehidupan intelektual islam. Fungsi
masjid tidak terbatas pada masalah pendidikan saja, akan tetapi fungsi masjid
adalah menyerupai lembaga pusat kebudayaan yang digunakan sebagai tempat untuk
mendiskusikan berbagai maslah dan
mengkaji maslah sastra dan kebudayaan serta berbagai bahasa yang beraneka
ragam.
3. Al-Kuttab,
Surau, dan TPA
menurut
sejarah islam, orang pertama dari penduduk Mekkah ynag belajar menulis adalah
Sufyan bin Umayyah bin Abdus Syamsyi dan Abi Qais bin Abdi Manaf bin Zaheah bin
Kilab, dan yang mengajarkannya kepada kedua orang ini adalah Basyar bin Abdul
Malik yang pernah belajar menulis dari penduduk Hirah. Menurt Ahmad Syalabi,
bahwa tumbuhnya Al-Kuttab yang ugas pokoknya mengajarkan Al-Qur’an dan
dasar-dasar agama islam berawal pada zaman permulaan islam, yaitu pada zaman
pemerintahan Khalifah Abu Bakar.
Sejak
abad kedua dan abad berikutnya, Al-Kuttab berkembang makin pesat. Dan Al-Kuttab
yang terkenal di antaranya Kuttab Abi Qasim Al-Balachi. Al-Kuttab berkumpul
anak-anak dari berbagai ragam lingkunagn keluarga, baik yag kaya maupun yang
miskin, sehingga tidak terjadi unsur-unsur pendidikan yang bersifat
diskriminatif. Al-Kuttab adalah lembaga
pendidikan awal yang tergolong inovatif, kreatif, dinamis, demokratis, dan
egaliter. Keberadaan Al-Kuttab menunjukkan bahwa islam memberikan perhatian
yang besar dan sungguh-sungguh terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) dan
pendidikan dasar.
Menurut
sejarahnya surau termasuk lembaga pendidikan dasar yang tertua di Sumatera
Barat. Di surau ini anak-anak diajarkan tentang membaca Al-Quran, praktik
ibadah shalat, dasar-dasar agama, akidah, dan akhlak. Surau ini telah ada sejak
sebelum islam masuk ke Sumatera Barat, dan pada mulanya berperan sebagai tempat
berkumpul anak-anak remaja laki-laki sebagai akibat dan tradisi budaya
masyarakat Sumatera Barat yang tidak memberikan tempat bagi anak-anak remaja di
rumahnya. Berbagai lembaga pendidikan tersebut berubah namanya menjadi Taman
Pendidikan Anak-anak (TPA) yang tersebar di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Melalui TPA ini anak-anak dibimbing untuk mengenal huruf-huruf hijaiah,
mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat huruf Arab, membaca dan menghafal
surat dan ayat-ayat pendek. Selain itu , anak-anak juga diberikan pelajaran
tentang praktik shalat, praktik berdo’a, akidah, akhlak mulia, dan interaksi
sosial.
4. Madrasah
Madrasah
ialah Isim Masdar dari kata darasa yang berarti sekolah atau
tempat untuk belajar. Madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakn fenomena
yang merata di seluruh negara, baik pada negara-negara islam, maupun negara
lainnya yang di dalamnya terdapat komunitas masyarakat islam. Sebagian ahli
sejarah berpendapat, bahwa madrasah sebagi lembaga pendidikan islam muncul dari
penduduk Nisapur, tetapi tersiarnya melalui Perdana Menteri Bani Saljuk yang
bernama Nidzam al-Muluk, melalui Madrasah Nidzamiah yang didirikan pada tahun
1065M.
Keberadaan
Madrasah bukan hanya ditemukan di Timur Tengah atau indonesia, melainkan juga d
beberapa negara yang pernah di kuasai islam, atau negara-negara lain yang ada
di dalamnya terdapat komunitas masyarakat islam. Di beberapa negara seperti di
Mesir, Iran, Irak, Turki, India, Malaysia, Brunei Darussalam, dan lainnya
terdapat madrasah mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai dengan Aliyah.
5. Al-Zawiyah
Kata
Zawiyah secara harfiah berasal dari kata inzawa, yanzawi,
yang berrati mengambil tempat tertentu dari sudut masjid yang digunakan untuk
i’tikaf (diam) dan beribadah. Zawiyah merupakan tempat berlangsungnya
pengajian-pengajian yang mempelajari dan membahas dalil-dalil naqliyah
dan aqliyah yang berkaita dengan aspek agama serta digunakan para kaum
sufi sebagai tempat untuk halaqah berzikir dan tafakur untuk mengingat dan
merenungkan keagungan Allah SWT.
Zawiyah
sebagai temapt kegiatan pendidikan islam di indonesia, dapat dijumpai di
Nanggroe Aceh darussalam, dengan nama Dayah. Sebagaiana halnya medrasah menjadi
meunasah, maka zawiyah pun mengikuti ucapan lisan orang Aceh menjadi Dayah,
yang pada hakikatnya sebagi lembaga pendidikan islam tingkat menengah. m
6. Al-Maristan
Al-Maristanaa
dikenal sebagai lembaga ilmiah yang paling penting dan sebagai tempat
penyembuhan dan pengobatan pada zaman keemasan islam. Di lembaga ini, para
dokter mengajarkan ilmu kedokteran dan mereka mengadakan studi dan penelitian
secara menyeluruh. Di aatara dokter yang paling terkenal kemampuan dan
kemasyurannya di dunia islam dan di negara barat yaitu Mohammad bin Zakaria
al-Razi. Ia pernah dipercaya memimin Maristan di Baghdad pada masa khalifah 1
Muktafa pada tahun 311 Hijriyah.
Pendidikan
dan pelatiahn calon dokter yang diselenggarakan di maristan tergolong maju pada
zamannya. Hal ini dapat diperlihatkan oleh al-Razi ketika mendidik
murid-muridnya dengan cara membagi para peserta didik calon dokter ke dalam
beberapa kelompok:
a. Kelompok
(halaqah) pertama, para mahasiswa yang ditugaskan untuk mendiagnosis dan
meneliti penyakit pasien yang diserahkan kepada mereka, lalu memberikan
obat-obatan yang telah ditentukan
b. Kelompok
(halaqah) kedua, bertugas mendiskusikan masalah yang aktual yang timbul.
c. Kelompok
(halaqah) ketiga, bertugas menyelesaikan permasalahan yang belum dapat
dipecahkan oleh kelompok pertama dan kedua.
Di
dalam Maristan itu dipelajari ilmu kedokteran secara ilmiah dan praktik amaliah
yang kemudian tersebar ke seluruh dunia islam di timur tengah dan belahan
barat. Dengan adanya Maristan ini menunjukkan bahwa kemajuan masyarakat yang
hebat dan modern telah terjadi di dunia islam.
7. Al-Ribath
Secara
harfiah, Al-Ribath artinya ikatan. Al Ribath adalah ikatan yang mudah dibuka,
seperti ikatan rambu seorang wanita. Adapun al-‘aqd adaah ikatan yang susah
dibuka, karena kalau dibuka akan mengakibatkan keadaan yang tidak baik.
Al-Ribath menjadi lembaga pendidikan yang secara khusus dibangun untuk mendidik
para calon sufi atau guru spiritual. Di dalam Al-Ribath terdapat berbagai
aturan yag berkaitan dengan urutan jabatan dalam pendidik, mulai dari yang
terendah sampai yang tertinggi, yakni mulai dari al-mufid (fasilitator),
al-muid (asisten), al-mursyid (lektor/guru), al-syaikh
(mahaguru/guru besar), urutan tingkatan pada murid mulai dari tingkat dasar (al-mubtadi),
tingkat menengah (al-mutawasith), sampai tingkat tinggi (aliyah).
Bahkan Al- Ribath juga masih banyak digunakan untuk menyebutkan sebagai sebuah
pesantren tingkat menengah.
8. Al-Qushur
(Istana)
istana
tempat kediaman Khalifah, raja, sultan, da keluarganya, berfungsi sebagai pusat
pengendali kegiatan pemerintahan, juga digunakan sebagai tempat bagi
berlangsungnya kegiatan pendidikan bagi para putra Khalifah, raja, dan sultan. Mata
pelajaran yang diberikan kepada para putra raja tersebut antara lain berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, peradaban, bahasa, sastra, keterampilan berpidato,
sejarah kehidupan orang-orang para pahlawan dan orang-orang yang sukses, serta
keterampilan dalam memanah, mengendarai kuda, dan berenang. Guru yang mengajar
di istana di sebut Muaddib, yang menggambarkan seorang yang cakap dan
berkepribadian utama.
9. Hawanit
Al-Waraqin (Toko Buku)
Seiring
dengan berkembangnya industri pabrik kertas serta perkembangan ilmu pengetahuan
baik agama maupun umum, pada zaman klasik islam, maka kebutuhan untuk
mendokumentasikan ilmu-ilmu tersebut juga berkembang pesat. Tentang peranan toko buku sebagai tempat
kegiatan belajar mengajar sudah ada sejak zaman kalsik islam.
Pada
zaman Arab Jahiliyah terdapat sejumlah pasar, seperti Ukadz, Majaah dan Djul
Majaz, dan di antara toko-toko yang ada di pasar di jadikan tempat menjual buku
pada zaman islam. Selain itu terdapat
informas yang menceritakan tentang sejumlah aktivitas belajar mengajar yang
dilakukan sejumlah toko buku, yakni bahwa pada asal mulanya merupakan aktivitas
jual beli.
Dalam
kaitan ini terdapat sejumlah toko buku yang berhasil mendatangkan para penulis
yang masyur dan cemerlang, seperti al-Nadim, penulis tentang al-Fihris, yakni
ensiklopedi tentang sastra, ‘Ali bin Isa yang terkenal dengan nama Ibn Kuzak
yang dikenal sebagi penulis buku, juga sebagai guru yang terkenal yang telah
menulis sejumlah buku, seperti halnya kitab Yaqut merupakan ensiklopedi sastra
dan negara-negara.
10. Al-Shalunat
Al-Adabiyah (Sanggar Sastra)
Secara
harfiah al-shaalunat al-adabiyah dapat diartikan sebagi tempat untuk
melakuka kegiatan pertunjukan pembacaan dan pengkajian sastra, atau sebagai
sanggar atau teater budaya, seperti Taman Ismail Marzuki di Jakarta. Sanggar
sastra ini mulai tumbuh pada zaman pemerintahan bani umayyah, kemudian semakin
berkembang dan diperkaya pada zama bani abbas. Sanggar sastra merupakan perkembangan
dari balai pertemuan para khalifah, para khalifah dalam islam banyak berurusan
dengan kativitas keduniaan dalam hubungannya dengan urusan keagamaan, dan atas
dasar ini, maka dipandang perlu adanya persyaratan ilmiah yang memungkinkan
bagi berlangsungnya kegiatan ijtihad dalam pengambilan keputusan.
Para
ahli sastra seperti Ibn Abd, Rabbih, Al-Muqri, dan Al-Maqrizy pernah diundang
ke sanggar sastra.
11. Al-Badiyah
Al-Badiyah
secara harfiah dapat diatikan sebagai tempat mengajarkan bahasa Arab asli,
yakni bahasa Arab yang belum tercampur oleh pengaruh berbagai dialek bahasa
asing.di tempat ini berbagai warisan budaya Arab pada zaman jahiliah, seperti
puisi, syair, dan khotbah diajarkan. Di zaman jahiliah seseorang baru dianggap
sebagai yang berbudaya, jika dia sebagai seseorang penyair yang mahir, seorang
ahli puisi yang bijak, dan seorang penceramah yang mendalam.
12. Al-Maktabat
(Perpustakaan)
Sejarah
mencatat, bahwa perhatian kaum muslimin di zaman klasik terhadap pendidikan,
bukan hanya dengan membangun gedung-gedung sekolah, melainkan juga disertai
dengan membangun perpustakaan. Menurut al-Maqrizi, bahwa madrasah al-Fadhiliyah
telah didampingi oleh sebuah gudang buku atau perpustakaan dengan 100.000 buah
buku. Ibn Al-Qafal menyebutkan pula adanya suatu perpustakaan di amna terdapat
6500 buku mengenai ilmu ukur ruang dan ilmu perbintangan, bola dunia Ptolemeus,
bola dunia buatan Ali Hasan al-Soufi yang mereka beli dengan harga 3000 dinar.
Perpustakaan
tersebut didirikan dengan menyebarluaskan ilmu di kalangan orang-orang yang
kurang mampu dan haus akan ilmu pengetahua, sehingga merupakan suatu institut
agama, sastra dan ilmiah. Dilihat dari segi fungsinya, perpustakaan tersebut
dapat dibagi tiga :
a. Lembaga
pendidikan Perpustakaan umum antara lain Bait al-Hikmah di Baghdad, Darul
Hikmah di Kairo, dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
b. Perpustakaan
untuk umum dan khusus merupakan perpustakaan yang cukup besar dan penuh buku
milik para khalifah atau raja-raja, seperti perpustakaan Naser li Dinilah,
perpustakaan al-Mu’tasim Billah, dan perpustakaan Fatimiyah di kairo. Di
perpustakaan Fatimiyah terdapat 1600.000 buku.
c. Perpustakaan
khusus merupakan perpustakaan yang didirikan oleh ulama, sarjana dan sastrawan
untuk referensi mereka masing-masing, seperti perpustakaan al-Fattah bin Hakam,
perpustakaan Jamaluddin al-Qafathi, dan perpustakaan Imaduddin Afahani.
C. sifat
dan Karakter Lembaga Pendidikan Islam
Beberapa
sifat dan karakter lembaga pendidikan islam sebagai berikut :
1. Pertama,
lembaga pendidikan bersifat holistik, terdiri dari lembaga pendidikan
informal, nonformal, dan formal.
2. Kedua,
lembaga pendidikan islam bersifat dinamis dan
inovatif.
3. Ketiga,
lembaga pendidikan islam bersifat responsif dan fleksibel yakni senantiasa
menyesuaikan diri atau menjawab berbagai kebutuhan masyarakat.
4. Keempat,
lembaga pendidikan islam bersifat terbuka, yakni dapat diakses atau digunakan
untuk seluruh lapisan masyarakat denga berbagai latar belakang keahlian, status
sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
5. Kelima,
lembaga pendidikan islam berbasis pada masyarakat. Hal ini selain karena
lembaga pendidikan islam tersebut dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, juga
karena dibangun dan diadakan oleh seluruh masyarakat.
6. Keenam,
lembaga pendidikan islam bersifat religius.
VII G Reni
Purwanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar