Minggu, 23 Desember 2012

Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah



A.    Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umayyah
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam. Periodesasi pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri. Sejak lahirnya agama islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran islam, pendidikan dan pengajaran islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa khulafaurasyidin dan masa bani Umayyah.

Minggu, 16 Desember 2012

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN KHULAFAURRASYIDIN




A. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah (Periode Makkah)
            Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN
A.      Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
1. Periode Makkah
2. Periode Madinah
1.      Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
          Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. banyak orang-orang yang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di tempat itulah pendidikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.

Kamis, 13 Desember 2012

PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW, KHULAFAURRASYIDIN SAMPAI PADA MASA PEMBAHARUAN



A.    PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
1.      Periode Makkah
Rasulullah (saw) telah menyampaikan ilmu secara sulit kepada ahli keluarga terdekat seperti isterinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Talib dan beberapa orang yang rapat dengan baginda. Kaedah yang digunakan ketika penyampaian ilmu adalah secara lemah lembut supaya orang ramai tertarik untuk belajar.

Senin, 10 Desember 2012

Lembaga Pendidikan Dalam Islam


Sebagaimana diketahui bahwa orientasi pendidikan Islam berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat.  Sehingga dengan pendidikan orang mengerti akan dirinya plus segala potensi kemanusiaanya, lingkungan masyarakat, alam sekitar dan yang lebih dari semua itu adalah dengan adanya pendidikan manusia dapat menyadari sekaligus menghayati keberadaannya di hadapan khaliknya.

Minggu, 09 Desember 2012

MASJID (LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM) (SUATU KAJIAN MENURUT PENDIDIKAN ISLAM)


Lembaga pendidikan adalah tempat dimana pembelajaran dilaksanakan, khususnya masjid yang akan menjadi pembahasan ini. Para ulama telah sepakat bahwa terdapat tiga lingkungan pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sesungguhnya ketiganya adalah trilogi lingkungan, satu kesatuan lingkungan yang tak dapat dipisahkan, saling melengkapi, dan merupakan suatu sistem. Dalam kontek seperti ini maka pendidikan proses pendidikan Islam dari seorang Muslim tidak hanya ditentukan oleh keberhasilannya pada salah satu dari ketiga lingkungan tersebut (Abdullah Idi, 2006: 77-78).

Sabtu, 08 Desember 2012

Lembaga Pendidikan Dalam Islam



A.   pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia lembaga pendidikan adalah badan atau organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan. Dalam bahasa Inggris, kata lembaga biasanya digunakan sebagai dari terjemahan kata institution yang berarti pelembagaan. Dalam bahasa Arab kata lembaga merupakan terjemahan dari kata Muassasah yang berarti dasar bangunan. Kata lembaga tidak selamanya mengacu kepada pengertian sebuah bangunan atau organisasi yang bersifat formal, melainkan segala bentuk kegiatan yang didalamnya, mengandung nilai-nilai atau aturan disebut lembaga. Dengan demikian perkawinan, zakat, ketentuan waris dan jinayat, ketentuan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal, dapat disebut dengan lembaga.

Minggu, 02 Desember 2012

LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM ISLAM


A.    Sejarah Pendidikan Islam
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti ”keterangan yang terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”. Kemudian yang dimaksud dengan ilmu tarikh, ialah ”suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat” Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti ”pengalaan masa lampau dari pada umat manusia”. Menurut Sayid Quthub ”sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu dan pengertian mengenai hubungan-hunbungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

Evaluasi Dalam Pendidikan Islam


A.    Pengertian Evaluasi
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris, evaluation, yang berarti penilaian. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Selanjutnya evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.

“Metode Pendidikan Islam”


Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt, baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya.
Dalam penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya denagn tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah swt. Yang menjadi tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi  melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberiakan, serta meningkatkan ketrampilan olah pikir.
Pada dasarnya metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk ilahi dan konsep-konsep Islam. Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik.
Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permaslahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam, sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar–dasar metode pendidikan tersebbut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.

Karakteristik metode pendidikan Islam:
1.   Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya, sampai pada pengembangannya.
2.   Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel
3.   Metode pendidikan Islam selalu berusaha menyeimbangkan antara teori dan praktek.
4.   Dari segi pendidik, Metode pendidikan Islam lebih menekankan keteladanan dan kebebasan pendidik
5.   Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif
6.   Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dan tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan,yang meliputi proses pendidikan.
Oleh karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.

                                                                                                                 Rini Nuralfiah/7G


Minggu, 18 November 2012

Evaluasi dalam Pendidikan Islam

A.    Pengertian dan Tujuan Evaluasi dan Pengembangan Pendidikan
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian. Dalam bahasa arab memiliki istilah imtihan yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Sehingga dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebuah proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
Melalui evaluasi, suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuan, dan dapat diketahui tingkat keberhasilan seseorang pendidik dalam menyampaikan materi ajar, dapat menemukan kelemahan yang telah dilakukan, baik yang berkaitan dengan materi maupun metode, fasilitas, sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya.
Melalui evaluasi makan akan diketahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan.
B.     Unsur-unsur Evaluasi Serta Kedudukannya dalam Islam
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu Allah berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah (2): 31-32)
Melalui ayat tersebut maka dapat dikemukakan bahwa ada beberapa unsure evaluasi:
1.      Unsur evaluator : dalam hal ini Allah SWT yang merangkap sebagai guru yang mendidik Nabi Adam as.
2.      Unsur Dievaluasi : dalam hal ini Nabi Adam as., sebagai murid yang mendapatkan pelajaran dari Allah SWT.
3.      Unsur Materi : adalah segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah SWT kepada Nabi Adam as.
4.      Unsur Kesahihan Hasil Evaluasi : pengakuan dan penilaian yang jujur dari para malaikat yang mengakui kemampuan Nabi Adam as, sebagai hasil didikan yang diberikan oleh Allah SWT.
5.      Unsur Pengakuan Terhadap Hasil Evaluasi : malaikat menyatakan hormat dan appresiasi yang tinggi terhadap Nabi Adam as.
C.    Macam-macam Evaluasi
1.      Evaluasi Formatif : untuk mengetahui hasil kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik. Ini dilakukan karena manusia memiliki banyak kelemahan (QS. Al-Nisaa (4): 28); dan berawal dari ketidaktahuan (QS. An-Nahl: 78)
2.      Evaluasi Sumatif : untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester untuk kejenjang berikutnya. Sejalan dengan surat al-Insyiqaq ayat 19 dan al- Qamar ayat 49
3.      Evaluasi placement (penempatan) : mengetahui kemampuan peserta didik sebelum mengikuti pelajaran, serta menentukan bidang studi atau jurusan yang akan dipilih.
4.      Evaluasi diagnosisi : untuk mengetahui dan menganalisis tentang keadaan peserta didik, baik yang berkenaan dengan kesulitan yang dihadapi maupun hambatan yang dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar.
D.    Syarat- Syarat dan Prinsip- Prinsip Evaluasi
Syarat evaluasi :
1.      Validity : terkait dengan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yang ingin diketahui dan diselidiki dan soal-soal yang disusun dapat memberikan gambaran keseluruhan dari kesanggupan anak mengenai bidang tertentu.
2.      Reliable : terkait kepercayaan yakni bahwa soal yang disusun dapat memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya, serta tidak menimbulkan penafsiran yang beraneka ragam
Prinsip- prinsip Evaluasi :
1.         Kesinambungan (kontinuitas) : terkait dengan keberlangsungan evaluasi tersebut dalam kurun waktu tertentu yang dilaksanakan secara terus-menerus
2.         Menyeluruh (komprehensif) : terkait dengan materi evaluasi yang mencakup kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab dan sebagainya (afektif, kognitif dan psikomotorik)
3.         Objektifitas : terkait dengan kenyataan yang sebenarnya, tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional, serta yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi bersifat komparabel yakni dapat dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya, serta memiliki kejelasan bagi para siswa dan bagi para pengajar itu sendiri. Prinsip-prinsiptersebut sejalan dengan tuntunan Islam dalam Al-Qur’an :
a.       “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang jujur.” (QS. At- Taubah:119)
b.      “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa kepada surga.” (HR. Bukhari-Muslim)

MIA AGUSTIN/ 7G

Minggu, 04 November 2012

Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Islam

Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Islam
1.   Pendidik
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam Al-Qur’an dan as-sunah yang merupakan sumber utama ilmu pendidikan islam, terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada pengertian pendidik. Istilah tersebut antara lain: al-murabbi, al-muallim, al-muzakki, al-ulama, al-rasikhun fi al-‘ilm, ahl-al-dzikr, al-muaddib, al-mursyid, al-ustadz, ulul al-bab, ulu al-nuha, al-faqih, dan al-muwai’id.
Adanya berbagai istilah sebagimana tersebut di atas menunjukan bahwa seorang pendidik dalam ajaran islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas.
a.          Al-murabbi yaitu ketika berperan sebagai orang yang menumbuhkan, membina, mengembangkan potensi anak didik serta membimbingnya.
b.         Al-muallim yaitu ketika berperan sebagi pemberi wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
c.          Al-muzakki yaitu ketika ia membina mental dan karakter sesorang agar memiliki akhlak mulia.
d.         Al-ulama yaitu ketika berperan sebagi peneliti yang berwawasan serta memiliki kedalaman ilmu agama dan ketakwaan yang kuat kepada Allah.
e.          Al-rasikhun fi al-‘ilm yaitu ketika dapat berpikir secara mendalam dan menangkap makna yang tersembunyi.
f.          Ahl al-dzikr yaitu ketika tampil sebagai pakar yang menjadi tempat bertanya dan rujukan.
g.         Ulul al-bab yaitu ketika ia dapat menyinergikan hasil pemikiran rasional dan hasil perenungan emosional.
h.         Al-muaddib yaitu ketika ia dapat membina kader-kader pemimpin masa depan bangsa yang bermoral.
i.           Al-mursyid yaitu ketika ia menunjukan sikap yang lurus dan menanamkan kepribadian yang jujur dan terpuji.
j.           Al-faqih yaitu ketika berperan sebagi ahli agama.
Pendidik islam sangat menekankan pendidik yang profesional, yaitu pendidik yang selain memiliki kompetensi akademik, pedagogik dan sosial, juga kompetensi kepribadian. Dengan adanya hal tersebut, hasil pendidikan dan pengajaran akan dapat mempengaruhi pembentukan watak dan karakter peserta didik yang baik.
2.   Peserta Didik
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Peserta didik lebih luas cakupannya dari pada anak didik, karena peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
a.    Karakteristik Peserta Didik
Pemahaman terhadap karakteristik pesertra secara benar dan baik merupakan persyaratan yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik. Hal ini didasari pada sejumlah alasan sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan memahami peserta didik dapat menentukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa dengan memahami peserta didik dapat menetapkan materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.
b.   Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Teori Fitrah
Di dalam al-qur’an Allah menyatakan:
Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan aslinya) itulah fitrah Allah, yang Allah ciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Q.S. al-Rum:30)
Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan:
“setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, sehingga kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, Majusi.” (HR. Al-Aswad bin Sari)
Ayat dan hadis tersebut sering digunakan oleh pakar pendidikan islam untuk membangun teori fitrah manusia, yaitu seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang. Di dalam pandangan islam fitrah mengandung makna kejadian yang di dalamnya berisi potensi dasar beragam yang benar dan lurus (al-dien al-qayyim), yaitu islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam setiap pribadi manusia.
Pendidikan islam berdasar pada pandangan theo-anthropo centris, yakni perpaduan antara manusia dan kehendak Tuhan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa fitrah yang ada pada manusia adalah sesuatu yang bersifat orisinal, netral dan ideal. Fitrah tersebut meliputi potensi rasa ingin tahu dan mencintai kebenarana, potensi rasa menyukai dan mencintai kepada kebaikan dan potensi rasa menyukai dan mencitai keindahan.
Kondisi peserta didik ternyata tidak hanya dapat dilihat dari segi perbedaan usia, melainkan juga berdasarkan perbedaan tingkat kecerdasan, perbedaan bakat, minat dan hobi, serta perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan budaya yang dimiliki peserta didik. Selain mengetahui kondisi peserta didik tersebut, juga perlu mengetahui tentang akhlak mulia yang harus dilakukan oleh peserta didik. Akhlak mulia itu ada yang terkait dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan, guru, sesama teman, dengan lingkungan, dengan ilmu yang dipelajari, dan sebagainya. Akhlak yang demikian itu perlu dilakukan, agar setiap peserta didik dapat mencapai tujuan dan cita-citanya.
Adanya uraian tentang peserta didik sebagaimana tersebut di atas, pada intinya mengingatkan kepada setiap pendidik, bahwa tugas mendidik bukanlah pekerjaan sambilan yang dapat dilakukan sembarangan. Tugas mendidik ialah tugas professional, yang antara lain ditandai oleh kemampuan memahami keadaan peserta didik dalam seluruh aspek secara tepat, serta mampu menggunakannya untuk menentukan desain atau rancangan materi pembelajaran, serta metode dan pendekatan yang akan digunakan. Dengan kata lain, bahwa uraian tentang karakteristik peserta didik tersebut merupakan bagian pengetahuan atau wawasan yang harus dikuasai pendidik.

RINI NURALFIAH/7G